Home » » Pendidikan Awal Kebangkitan

Pendidikan Awal Kebangkitan


Tanggal 2 Mei setiap tahun kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. 2 Mei ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia menjadi Hari pendidikan Nasional sejak tahun 1959, yang merupakan hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia yakni Ki Hadjar Dewantara (lahir pada tanggal 2 Mei 1889).
Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) selalu identik dengan sosok Ki Hadjar Dewan tara, tapi sebagian besar dari kita terutama generasi muda masih sedikit yang mengenal beliau. Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat merupakan tokoh pendidikan nasional yang sangat berjasa dalam memperjuangkan dunia pendidikan Indonesa sejak masa kolonial Belanda sampai menjadi negara merdeka.
Ketokohan Ki Hadjar dimulai dari satu langkah menjadi pelopor pendirian lembaga pendidikan dengan nama Perguruan Taman Siswa. Selain sebagai pendiri dan pendidik Ki Hadjar aktif sebagai jurnalis pada beberapa surat kabar dan bersama EFE Douwes Dekker, mengelola media cetak “De Expres”. Selanjutnya Ki Hadjar pun aktif menjadi pengurus Boedi Oetomo (1908) dan Sarikat Islam. Ki Hadjar Dewantara bersama Cipto Mangun Kusumo dan EFE Douwes Dekker — dijuluki ”Tiga Serangkai” — pada tahun 1912 mendirikan Indische Partij, sebuah organisasi politik pertama di Indonesia yang dengan tegas menuntut Indonesia merdeka. Pada zaman Jepang, peran Ki Hadjar tetap menonjol. Bersama Soekarno, Hatta, dan Mas Mansur, mereka dijuluki “Empat Serangkai”, memimpin organisasi Putera. Ketika merdeka, Ki Hadjar menjadi Menteri Pengajaran Pertama, atau yang saat ini disebut Menteri Pendidikan.
Bahkan pada tahun 1913 melalui Komite Bumiputra beliau secara politik aktif dalam menentang Perayaan Seratus Tahun Belanda merdeka dari Prancis
. Ditentangnya perayaan tersebut adalah karena pihak Belanda memeras rakyat untuk kepentingan perayaan tersebut. Salah satu ucapannya yang ditulis dalam koran “de Express” adalah bertajuk Als Ik Eens Nederlander Was –Seandainya Aku Seorang Belanda–. 
Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander/pribumi –bangsa Indonesia-  memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander/pribumi diharuskan ikut mendanai suatu perayaan yang ia sendiri tidak ada kepentingan sedikitpun.
Akibat tulisan tersebut beliau dibuang tanpa proses pengadilan ke Pulau Bangka oleh Gubernur Jendral Idenburg, namun atas tulisan Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo hukuman tersebut berganti menjadi dibuang ke negeri Belanda.

Sekilas kisah Ki Hadjar Dewantara ini memberi ilustrasi kepada kita bahwa sebelum adanya kebangkitan, kita memerlukan sebuah pendidikan. Proses pendidikan akan mampu mendidik,  mencerdaskan dan menerangi jalan perjuangan. Hari kebangkitan Nasional 20 Mei merupakan kelanjutan dari proses pendidikan. 20 Mei 1908 adalah awal berdirinya pergerakan Boedi Oetomo, dimana Ki Hadjar juga menjadi aktivis dan penggeraknya.
Insya Allah,  dengan kita mengawali proses pendidikan Islam terpadu dengan baik dan bersungguh-sungguh di Mutiara Insan, akan hadir kebangkitan baru bagi kemajuan dan kemakmuran yang sesungguhnya bagi kita semua. Banyak hal yang menjadi tantangan, hambatan dan permasalahan bangsa kita disaat ini yang identik dengan masa jaman Ki Hadjar Dewantara, dibutuhkan banyak tokoh pendidik dan pejuang sebagaimana yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara.
------------------------------------- o O o -----------------------------------------

TIGA KALIMAT DAN SEPULUH FATWA KI HAJAR DEWANTARA
Setelah kita mengenal sejarah dan kiprah Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Sudah sepatutnya kita menelaah dan memahami ajaran yang diwariskan untuk kita semua sebagai generasi muda.
Tiga Kalimat
Ada tiga kalimat dalam salah satu ajaran Ki Hadjar  yaitu :
1.       ing ngarso sun tulodo — di depan saya memberi teladan
Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Banyak pimpinan saat ini yang sikap dan perilakunya kurang mencerminkan sebagai figur seorang pemimpin, sehingga tidak dapat digunakan sebagai panutan bagi anak buahnya.
2.       ing madyo mbangun karso — di tengah membangun semangat
Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitkan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahannya. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kondusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja.
3.       tut wuri handayani — di belakang memberi dorongan
Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.
Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi bawahan atau anak buahnya. Sedangkan kita semua adalah pemimpin, ibu yang menjadi pemimpin rumah tangga, bapak yang menjadi pemimpin keluarga, guru pemimpin di kelas, ketua RT di linkungan masyarakat, pemimpin perusahaan, pejabat kantor atau minimal menjadi pemimpin bagi diri kita sendiri.
Sebagai murid dan siswa kita juga sebagai sosok yang perlu belajar terutama bagaimana tut wuri handayani sebagaimana tercantum dalam pita logo/ikon pendidikan Indonesia.
------------------------------------- o O o --------------------------------------------------

SEPULUH FATWA
Jika kita belajar tentang inti ajaran Ki Hadjar Dewantara, maka kita akan menemukan sepuluh fatwa yang diwariskan untuk kita semua. Berikut ini adalah sepuluh fatwa untuk hidup merdeka atau dalam bahasa ki Hadjar “fatwa akan sendi hidup merdeka”. Bagi kita semua perlu membaca dan memahami ajaran Tokoh Pendidikan nomor satu di negara Indonesia ini, agar tidak terjebak pada acara seremoni dan upacara yg kosong akan makna dan hampa dalam hikmah.
1.       “Lawan Sastra Ngesti Mulya” yang berarti dengan ilmu kita menuju kemuliaan. Inilah yang dicita-citakan Ki Hadjar dengan Tamansiswanya, untuk kemuliaan nusa, bangsa dan rakyatnya. Sastra Herdjendrajuningrat Pangruwating Dyu (ilmu yang luhur akan mulia menyelamatkan dunia serta melenyapkan kebiadaban), fatwa inilah yang menjadi Tjandrasengkala lahirnya Tamansiswa (1852-1922) sebagai masyarakat tanpa kelas.
2.       “Suci Tata Ngesti Tunggal” dalam arti dengan suci batinnya, tertib lahirnya menuju kesempurnaan, sebagai janji yang harus diamalkan oleh setiap peserta perjuangan/murid Tamansiswa dan bangsa Indonesia. Fatwa ini sebagai Tjandrasengkala mencatat lahirnya persatuan Tamansiswa (Tahun 1853-1923).
3.       “Hak diri untuk menuntut salam dan bahagia” berdasarkan asas Tamansiswa yang menjadi syarat hidup merdeka, berdasarkan pada ajaran agama bahwa untuk Tuhan semua manusia itu pada dasarnya sama; sama haknya maupun kewajibannya. Sama haknya mengatur hidupnya serta sama haknya menjalankan kewajiban kemanusiaan, untuk mengejar keselamatan hidup lahir dan batinnya. Janganlah kita mengejar keselamatan lahir dan jangan pula hanya mengejar kebahagiaan batin hidup.
4.       “Salam bahagia diri tidak boleh menyalahi damainya masyarakat” sebagai sebuah peringatan, bahwa kemerdekaan diri kita dibatasi oleh kepentingan keselamatan masyarakat. Batas kemerdekaan diri kita ialah hak-hak orang lain yang juga seperti kita masing-masing yang sama mengejar kebahagiaan hidup. Segala kepentingan bersama harus diletakkan diatas kepentingan diri masing-masing sebagai jalan keselamatan bersama.
5.       “Kodrat alam penunjuk untuk hidup sempurna” sebagai pengakuan bahwa kodrat alam yaitu segala kekuatan dan kekuasaan yang mengelilingi dan melingkungi hidup kita itu adalah sifat lahirnya kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang berjalan tertib, teratur dan sempurna diatas kekuasaan manusia. Janganlah hidup kita bertentangan dengan kodrat alam/sunnatullah. Petunjuk dalam kodrat alam kita jadikan pedoman hidup, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa dan anggota dari alam kemanusiaan.
6.       “Alam hidup manusia adalah alam berbulatan” artinya bahwa hidup kita masing-masing itu ada dalam lingkungan berbagai alam-alam khusus, yang saling berhubungan dan berpengaruh. Alam khusus yang terdiri dari alam diri, alam kebangsaan, alam kemanusiaan. Rasa diri, rasa bangsa dan rasa kemanusiaan ketiga-tiganya hidup dalam tiap-tiap sanubari kita masing-masing manusia. Adanya perasan ini tidak dapat dipungkiri. 
7.       “Dengan bebas dari segala ikatan dan suci hati berhambalah kepada sang anak” mengandung arti penghambaan kepada sang anak tidak lain dari pada penghambaan kita sendiri. Sungguhpun pengorbanan itu kita tujukan kepada sang anak, tetapi yang memerintah kita dan memberi titah untuk berhamba dan berkorban itu bukan si anak, tetapi kita sendiri. Disamping itu kita menghambakan diri kepada bangsa, negara dan pada rakyat dan agama atau lainnya. Semua itu tidak lain penghambaan pada diri sendiri, untuk mencari rasa bahagia dan damai dalam jiwa kita sendiri. 
8.       “Tetep-Mantep-Antep” artinya dalam melaksanakan tugas perjuangan kita, kita harus berketetapan hati. Tekun bekerja tidak menoleh kekanan dan kekiri. Kita harus tetap tertib dan berjalan maju. Kita harus selalu “mantep” setia dan taat pada asas kita, teguh iman hingga tak ada kekuatan yang akan dapat menahan gerak kita dan membelokan aliran kita. Sesudah kita tetap dalam gerak lahir dan mantep dan tabah batin kita, segala perbutan kita akan “antep”, berat berisi (bernas) dan berharga. Tidak mudah dihambat, ditahan-tahan dan dilawan oleh orang lian. 
9.       “Ngandel-Kendel-Bandel-Kandel” dalam arti kita harus ‘ngandel’ percaya dan yakin kepada kekuasaan Tuhan dan percaya kepada diri sendiri. ‘kendel’ berani, tiada ketakutan dan was-was oleh karena kita percaya keada Tuhan dan kepada diri sendiri. ‘bandel’ yang berarti tahan dan tawakal. Dengan demikian maka kita jadi ‘kandel’ tebal, kuat lahir batin kita, berjuang untuk cita-cita kita. 
10.    “Neng-Ning-Nung-Nang” artinya dengan ‘meneng’ tentram lahir batin, tidak ragu dan malu-malu, tahap selanjutnya kita ‘ning’ wening, bening jernih, pikiran kita, mudah membedakan yang hak dan yang batil (benar-salah) maka kita jadi ‘nung’ hanung, kuat sentosa, kokoh lahir dan batin untuk mencapai cita-cita. Akhirnya ‘nang’ menang, dan dapat wewenang, berhak dan kuasa atas usaha kita. 

Tantangan yang dihadapi pendidikan anak-anak bangsa saat ini adalah hasil didikan sistem pendidikan Bangsa Indonesia yang kian liberal dan bebas bablas yang justru melahirkan Rasisme dan Liberalisme seperti ditunjukan oleh kelompok-kelompok/front-front atau golongan-golongan cengeng di beberapa daerah dan berdampak pada sikap amoral, anarkisme, radikalisme yang dilakukan sebahagian anak-anak bangsa ini. Pendidikan yang ditanam Ki Hadjar sesungguhnya menekankan pada sisi humanis, sisi sosial kemanusiaan, sisi ruhiyah/bathiniyah yang bersih atau dalam bahasa Ki Hadjar bahwa pendidikan berarti daya-upaya untuk memajukan, bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran dan tubuh anak, sehingga terbentuknya kesempurnaan hidup manusia yang seutuhnya.
------------------------------------- o O o --------------------------------------------------
Email/facebook penulis : ibnuri@gmail.com


Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

0 komentar:

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Ibnu Rosyid - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger